Minggu, 12 Januari 2014

RESENSI Novel "Negeri 5 Menara"


RESENSI NOVEL




Judul Buku                          : Negeri 5 Menara
Pengarang                           : Ahmad Fuadai
Penerbit                               : PT Gramedia Pusat Utama
Kota tempat terbit               : Jakarta
Tahun terbit                         : 2009
Tebal                                    : 424 halaman
Harga                                   : Rp 50.000,00

Novel best seller karya Ahmad Fuadi yang berjudul “Negeri 5 Menara” adalah novel motivasi yang berhasil membuat para pembacanya terkesima akan kisah menarik didalam pesantren modern. Novel ini merupakan novel pertama dari trilogi yang juga bercerita mengenai para pejuang mimpi dalam mewujudkan impiannya.

Dalam novel ini bercerita mengenai kehidupan dari seorang “Aku” yang bernama Alif Fikri. Seorang anak Minangkabau yang  memiliki keinginan besar untuk melanjutkan sekolahnya di SMA Bukittinggi. Namun keinginan itu tak dapat Alif wujudkan karena amaknya tak menyetujui dengan alasan kehidupan di SMA tidak bisa menunjang pengetahuan Alif akan dunia Islam. Pada awalnya Alif tidak menerima keputusan amak yang tak sejalan dengannya. Namun pada suatu hari Alif menerima surat dari pamannya yang bekerja di Mesir bernama Etek Gindo. Beliau menyarankan Alif untuk melanjutkan sekolahnya di sebuah pondok pesantren di Jawa yang bernama Pondok Madani. Melalui pemikiran yang cukup lama, Alif-pun menyetujui saran dari Paman Etek Gindo, dan itu berarti Ia juga menyanggupi kemaun dari Amaknya untuk melanjutkan sekolah di sebuah Pondok Pesantren. Alif mengambil keputusan ini dikarenakan Ia tertarik akan kisah dari rekan pamannya di Mesir yang juga lulusan Pondok Madani, dimana mereka begitu fasih akan bahasa arab, bahasa inggris dan memiliki masa depan yang baik.

Akhirnya Alif-pun berangkat untuk mendaftar di Pondok Pesantren Madani bersama Ayahnya. Saat itu Alif sadar jikalau Ia masih dalam pikiran dan keputusan yang setengah-setengah. Dalam perjalanan menuju Pondok Madani, Alif berpikir Apakah Dia akan kuat dengan kehidupan pesantren yang katanya cukup berat? Seberapa lamakah Ia bisa bertahan?. Kegalauan masih setia mengunjungi otak dan hatinya ketika itu.

Sesampainya Di Pondok Madani. Alif mendaftarkan diri dan mengikuti serangkaian tes, hingga akhirnya Dia lolos seleksi dan diterima sebagai murid baru Pondok Madani. Selama perjalanan dan proses pengenalan awal Pondok Madani, Alif bertemu dengan 5 orang  murid baru lainnya,  yakni Said, Raja,  Atang, Dulmajid, dan Baso. Melalui pertemuan yang tak diduga dari proses perjalan menuju Pondok Madani, seleksi , hingga akhirnya menjadi murid resmi Pondok Madani membuat mereka menjadi sahabat yang erat, dimana mereka saling memberikan semangat dan saling mengisi akan kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Ke-unikan yang ada didalam Pondok Madani membuat Alif melupakan rasa setengah hatinya akan Pondok Pesantren. Ia mulai percaya jikalau pilahannya untuk melanjutkan di Pondok Madani adalah pilihan yang benar. Hari demi hari yang dilaluinya di Pondok Madani benar-benar mengubahnya menjadi karakter yang lebih baik dari sebelumnya. Walaupun banyak peraturan yang wajib dilaksanakan, namun Pondok Madani memberikan banyak pelajaran padanya akan arti dari sebuah perjuangan, manfaat waktu, dan keajaiban akan impian. Bersama ke-5 sahabatnya yang lain, Alif selalu menyempatkan waktu untuk menatap awan dibawah menara masjid. Mereka membayangkan seolah-olah awan tersebut berbentuk sama dengan sebuah Negara impian mereka masing-masing. Berawal dari kebiasaan mereka membicarakan masadepan dibawah menara masjid Pondok Madani, mereka akhirnya memberikan julukan untuk persahabatan mereka dengan julukan Sahibul Menara. Sahabat Sahibul Menara adalah bagian kecil dari kelompok manusia yang berada dalam kepercayaan kuat akan keajaiban sebuah kalimat yang diucapkan oleh Kiyai Pondok Madani yang berbunyi “Man jaddah wa  jaddah” (siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil).

Kelebihan dari novel ini adalah dapat  menambah pengetahuan masyarakat mengenai kehidupan pesantren. Dengan adanya novel ini, penulis dapat menyampaikan gambaran nyata mengenai kehidupan pesantren modern yang mengajarkan bahkan mewajibkan para siswanya untuk memperdalam bahasa asing (bahasa inggris dan bahasa arab). Novel ini juga dapat memberikan motivasi kepada para pembaca melalui kalimat penyemangat yang ada didalamnya.

Kekurangan dari novel ini adalah, cerita dalam novel terkesan datar dengan konflik yang tidak terlalu nampak dalam alur cerita, sehingga pembaca merasa tidak tertantang dengan adanya konflik yang ada.

Buku ini sangat cocok untuk para remaja Indonesia yang ingin belajar bermimpi dan bagaimana cara mewujudkannya. Buku ini juga sangat cocok bagi semua kalangan masyarakat yang ingin mengetahui tentang kehidupan pesantren yang ternyata juga memiliki pengaruh besar akan pergerakan kualitas masyarakat terutama dalam hal pendidikannya melalui metode pembelajaran yang unik dan modern.

Novel ini manaruh sebuah pengharapan besar akan sebuah perjalanan penerus bangsa.  Diharapkan akan banyak remaja Indonesia sadar jikalau mereka haruslah bermimpi setinggi mungkin untuk dirinya sendiri dan bangsa yang besar ini. Bangsa ini menunggu hasil dari perjuangan penggapaian impian-impian para generasi mudanya. Jadi berjuanglah kalian para pemuda, bukan hanya untuk kesuksesan diri sendiri tapi juga  untuk kesuksesan Bangsa ini agar sanggup lari dari keterpurukan.

Resensi : Riska Maulani Ahmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar