RESENSI NOVEL
Judul Buku :
Negeri 5 Menara
Pengarang :
Ahmad Fuadai
Penerbit :
PT Gramedia Pusat Utama
Kota tempat terbit : Jakarta
Tahun terbit :
2009
Tebal :
424 halaman
Harga : Rp 50.000,00
Novel best seller karya Ahmad
Fuadi yang berjudul “Negeri 5 Menara” adalah novel motivasi yang berhasil
membuat para pembacanya terkesima akan kisah menarik didalam pesantren modern. Novel
ini merupakan novel pertama dari trilogi yang juga bercerita mengenai para pejuang
mimpi dalam mewujudkan impiannya.
Dalam novel ini bercerita
mengenai kehidupan dari seorang “Aku” yang bernama Alif Fikri. Seorang anak
Minangkabau yang memiliki keinginan
besar untuk melanjutkan sekolahnya di SMA Bukittinggi. Namun keinginan itu tak dapat
Alif wujudkan karena amaknya tak menyetujui dengan alasan kehidupan di SMA
tidak bisa menunjang pengetahuan Alif akan dunia Islam. Pada awalnya Alif tidak
menerima keputusan amak yang tak sejalan dengannya. Namun pada suatu hari Alif
menerima surat dari pamannya yang bekerja di Mesir bernama Etek Gindo. Beliau menyarankan
Alif untuk melanjutkan sekolahnya di sebuah pondok pesantren di Jawa yang
bernama Pondok Madani. Melalui pemikiran
yang cukup lama, Alif-pun menyetujui saran dari Paman Etek Gindo, dan itu
berarti Ia juga menyanggupi kemaun dari Amaknya untuk melanjutkan sekolah di
sebuah Pondok Pesantren. Alif mengambil keputusan ini dikarenakan Ia tertarik
akan kisah dari rekan pamannya di Mesir yang juga lulusan Pondok Madani, dimana
mereka begitu fasih akan bahasa arab, bahasa inggris dan memiliki masa depan
yang baik.
Akhirnya Alif-pun berangkat untuk
mendaftar di Pondok Pesantren Madani bersama Ayahnya. Saat itu Alif sadar
jikalau Ia masih dalam pikiran dan keputusan yang setengah-setengah. Dalam perjalanan
menuju Pondok Madani, Alif berpikir Apakah Dia akan kuat dengan kehidupan
pesantren yang katanya cukup berat? Seberapa lamakah Ia bisa bertahan?. Kegalauan
masih setia mengunjungi otak dan hatinya ketika itu.
Sesampainya Di Pondok Madani.
Alif mendaftarkan diri dan mengikuti serangkaian tes, hingga akhirnya Dia lolos
seleksi dan diterima sebagai murid baru Pondok Madani. Selama perjalanan dan
proses pengenalan awal Pondok Madani, Alif bertemu dengan 5 orang murid baru lainnya, yakni Said, Raja, Atang, Dulmajid, dan Baso. Melalui pertemuan
yang tak diduga dari proses perjalan menuju Pondok Madani, seleksi , hingga
akhirnya menjadi murid resmi Pondok Madani membuat mereka menjadi sahabat yang
erat, dimana mereka saling memberikan semangat dan saling mengisi akan
kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Ke-unikan yang ada didalam Pondok
Madani membuat Alif melupakan rasa setengah hatinya akan Pondok Pesantren. Ia mulai
percaya jikalau pilahannya untuk melanjutkan di Pondok Madani adalah pilihan
yang benar. Hari demi hari yang dilaluinya di Pondok Madani benar-benar
mengubahnya menjadi karakter yang lebih baik dari sebelumnya. Walaupun banyak
peraturan yang wajib dilaksanakan, namun Pondok Madani memberikan banyak
pelajaran padanya akan arti dari sebuah perjuangan, manfaat waktu, dan
keajaiban akan impian. Bersama ke-5 sahabatnya yang lain, Alif selalu
menyempatkan waktu untuk menatap awan dibawah menara masjid. Mereka membayangkan
seolah-olah awan tersebut berbentuk sama dengan sebuah Negara impian mereka
masing-masing. Berawal dari kebiasaan mereka membicarakan masadepan dibawah
menara masjid Pondok Madani, mereka akhirnya memberikan julukan untuk
persahabatan mereka dengan julukan Sahibul Menara. Sahabat Sahibul Menara
adalah bagian kecil dari kelompok manusia yang berada dalam kepercayaan kuat
akan keajaiban sebuah kalimat yang diucapkan oleh Kiyai Pondok Madani yang
berbunyi “Man jaddah wa jaddah” (siapa
yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil).
Kelebihan dari novel ini adalah
dapat menambah pengetahuan masyarakat
mengenai kehidupan pesantren. Dengan adanya novel ini, penulis dapat
menyampaikan gambaran nyata mengenai kehidupan pesantren modern yang
mengajarkan bahkan mewajibkan para siswanya untuk memperdalam bahasa asing (bahasa
inggris dan bahasa arab). Novel ini juga dapat memberikan motivasi kepada para
pembaca melalui kalimat penyemangat yang ada didalamnya.
Kekurangan dari novel ini adalah,
cerita dalam novel terkesan datar dengan konflik yang tidak terlalu nampak dalam
alur cerita, sehingga pembaca merasa tidak tertantang dengan adanya konflik
yang ada.
Buku ini sangat cocok untuk para
remaja Indonesia yang ingin belajar bermimpi dan bagaimana cara mewujudkannya. Buku
ini juga sangat cocok bagi semua kalangan masyarakat yang ingin mengetahui
tentang kehidupan pesantren yang ternyata juga memiliki pengaruh besar akan
pergerakan kualitas masyarakat terutama dalam hal pendidikannya melalui metode
pembelajaran yang unik dan modern.
Novel ini manaruh sebuah
pengharapan besar akan sebuah perjalanan penerus bangsa. Diharapkan akan banyak remaja Indonesia sadar
jikalau mereka haruslah bermimpi setinggi mungkin untuk dirinya sendiri dan
bangsa yang besar ini. Bangsa ini menunggu hasil dari perjuangan penggapaian
impian-impian para generasi mudanya. Jadi berjuanglah kalian para pemuda, bukan
hanya untuk kesuksesan diri sendiri tapi juga untuk kesuksesan Bangsa ini agar sanggup lari
dari keterpurukan.
Resensi : Riska Maulani Ahmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar