Sabtu, 07 Desember 2013

CERPEN FIKSI "JANJI" (please read this and give your comment)



Nama              : Riska Maulani Ahmi
Edisi                : CERPEN CINTA TERPENDAM (cerita FIKSI)

JANJI

Mentari yang selalu indah memancarkan sinarnya, menembus atmospher dan membentang menuju cakrawala pagi. Pagi ini embun masih menyelimuti dedaunan dan memberikan kesan dingin dengan benda disekitarnya. Tampaknya musim akan berganti menjadi penghujan dengan tertutupnya secara tiba-tiba sang mentari oleh awan culumbus yang lembut diatas langit. Sungguh indah ciptaan tangan Tuhan. Begitu aku memuji keindahan dunia ini dipagi hari, membuka mata, dan sedikit mengintip keindahan dunia dengan membuka jendela disamping kiri ranjang tidurku. Berbalik badan menatap pintu kamar disebelah kanan yang seakan berkata, selamat datang dalam takdir hari ini.
Aku adalah salah satu siswa dari SMA faforit di kotaku. Di umur yang tak lagi remaja ini, aku selalu sibuk hanya dengan buku dan pelajaran disekolah. Entah kenapa, aku tidak terlalu memikirkan tentang seseorang yang spesial yang mungkin akan hadir secara tiba-tiba. Seperti kalimat dibuku, bahwa “cinta akan datang tanpa engkau sadari”. Ya.. mungkin cinta telah datang dalam kehidupanku, tapi aku yang masih belum bisa menyadarinya. Tapi entahlah, untuk saat ini, rasanya aku masih belum menemukan makna yang hakiki mengenai apa itu cinta. Terlepas dari apa yang aku ceritakan tentangku, aku adalah anak perempuan bernama Jena Artika Fitri. Menurutku ini nama yang indah, dan teman-temanku biasa memanggilku Jena.

“jen.. jena.. tunggu aku.. “
“cepet don..”
“huu..hu.. capek, ayo masuk kelas bareng”
“hhaha.. oke yukk”

Aku memang tidak terlalu mahir dalam bermain cinta, tapi aku sangat menghargai arti dari sebuah pertemanan, bahkan sahabat. Perkenalkan sahabatku yang jenius. Doni Ardiansyah. Anak laki-laki tinggi, tampan, baik, pintar dan berkaca mata. Kami selalu bersama, sampai-sampai aku tidak tau sudah seberapa sering Doni ke rumahku dan begitupun sebaliknya. Orang tua kami juga saling mengenal. Katanya sih.. ibu Doni dan ibuku adalah teman masa SMA.
Hari ini berjalan seperti biasa. Aku dan Doni pergi ke kantin bersamawalaupun hanya sekedar duduk berdua menikmati masakan Ibu kantin sekolah.
Tiba-tiba terdengar suara pengumuman dari pengeras suara kantin. Terdengar dengan jelas suara dari guru matematika yang memanggil namaku dan Doni.

“Don.. gimana nih ?”
“sudah.. lanjutin aja makannya, kayaknya kita bakalan diminta untuk ikut olimpiade matematika”
Tiba-tiba aku tersendak mendengar ucapan Doni.
“ha? Kok bisa ?”

Aku kaget dengan perkiraan yang diucapkan Doni. Baru kali ini aku ditunjuk lagi untuk mengikuti olimpiade, padahal aku sudah putus asa dengan kegagalanku satu tahun lalu di olimpiade matematika. Mungkin, bagi Doni ini hanya sebatas isapan jempol. Gampang banget. Bahkan menurutnya, matematika itu adalah pelajaran yang paling simpel, cukup mengerti tambah, kurang, kali, dan bagi. Yaa.. tapi pada kenyataannya, matematika tak sesimpel kehidupan percintaannya. Sampai sekarang. Dia tidak pernah berpacaran. Entah apakah Dia pernah jatuh cinta atau tidak, tapi yang jelas, aku dan Doni sama-sama manusia jomblo yang terlihat keren dengan kelebihannya masing-masing. Setidaknya masih ada kelebihan yang bisa menyelamatkan kami dari kegelapan percintaan masa muda hahaha.
Selesai dari kantin. Aku dan Doni bergegas menuju ruang guru. Kami datang terlambat, itulah alasan kenapa  kami lebih memilih untuk berjalan cepat manuju ruang guru. Awalnya Doni berjalan biasa saja, tapi aku yang memaksanya untuk berjalan lebih cepat.

“jena.. kemari”

Terdengar dengan jelas suara seorang wanita yang duduk di meja guru sebelah kanan. Ya, benar saja, Bu Warti, guru matematika kami menunggu dimeja kerjanya dengan ditemani laptop hitam kesayangan.  Aku dan Doni berjalan kearahnya. Aku memulai pembicaraan dengan Bu Warti “ada apa bu? Apakah saya...”. belum selesai aku mengutarakan pertanyaan, BuWarti sudah menyela ucapanku. Dan seperti yang sudah Doni duga dan apa yang aku bayangkan terjadi. Aku dan Doni terpilih sebagai wakil sekolah untuk mengikuti lomba olimpiade matematika antar sekolah. Awalnya aku sedikit ragu dengan keputusan Bu Warti yang memilihku dalam lomba ini. Tapi entah ada angin apa, Doni dan Bu Warti berhasil membujukku, mereka seperti memberikan ramuan rayuan yang membuat aku menjadi lebih percaya diri untuk mengemban nama baik sekolahku hingga ahirnya aku menyatakan untuk menerima tawaran Bu Warti.
“baik Bu.. saya terima” jawabku dengan senyum ikhlas


Seperti yang sudah aku tebak. Bahwa siang ini hujan akan turun. Dan apesnya, hari ini orang tuaku tidak bisa menjemputku. Yang bisa aku lakukan hanya menunggu hujan reda dan mencari angkutan umum.

“jen.. mau ikut aku?” kata Doni sambil pamer sepeda vespanya yang berwarna merah
“tapi ini hujan Don”
“udaahhhlah.. santai aja, aku bawa mantel kok”
“oke..oke.. kali ini aku ikut” jawabku dengan senang hati
“Yasudah yuk naik” Doni mengumbar senyumnya yang manis kepadaku

Siang itu aku pulang bersama Doni. Selama berteman, kami tidak pernah seperti ini. Biasanya aku selalu dijemput orang tua pakai mobil. Sepertinya hari ini takdir berkata lain. tadinya aku kira Doni akan mengantarkanku pulang, tapi ternyata Dia mengajakku kesebuah tempat yang tak pernah aku datangi sebelumnya.Doni mengajakku ke danau. Kami berjalan beriringan menuju pondokan kecil pinggir danau. Setibanya di pondokan, aku merasa kedinginan karena hujan yang menerpa kami dijalan, namun badan ini tiba-tiba menjadi hangat karena Doni memberikan jaket hitamnya untukku. Sebenarnya aku sudah menolak untuk tidak memakainya. Tapi Doni memaksa.

“tempat ini indah sekali Don” kataku memulai pembicaraan
“iya... aku suka tempat ini Jen”
“aku juga, oya.. kenapa tiba-tiba kamu mengajakku ke danau ?”
“Aku mengajakmu kesini untuk suatu hal”
“apa?”

Tiba-tiba aku menjadi bingung dan Doni menatap mataku dengan tajam seraya ingin mengatakan sesuatu. Tapi aku tak berani menanyakannya. Aku mencoba biasa saja, dan aku mengalihkan tatapan Doni pada pemandangan indah didepan kami.
Persahabatanku dan Doni memang sudah lama. Kami bertemu 10 (sepuluh) tahun yang lalu disebuah acara reuni SMA orang tua kami. Waktu itu, dia membuatku kesal dengan ulahnya, Doni menumpahkan minuman di gaun yang ibu berikan untukku. Aku kesal karena itu adalah gaun pertama dari ibu untukku, dan Doni merusaknya.

“jen..” tiba-tiba suara Doni memecahkan lamunanku
“ya??”
“kamu percaya jodoh?”
“iyalah... kamu sendiri?” tanyaku pada Doni
“sama, aku juga percaya. Oya jen.. aku sudah menyiapkan ini” sambil menunjukkan 2 (dua) lembar kertas dan sebuah botol bening
“buat apa Don?” tanyaku heran
“bagaimana jika kita menulis kesepakatan mengenai jodoh. Kamu tulis nama seseorang yang kamu harapkan akan menjadi jodohmu” kata Doni
“tapi.. selama ini aku belum pernah pacaran, aku harus menulis nama siapa ?” jawabku dengan lirih
“kamu kira aku pernah pacaran? Hehe”
“trus..?”
Doni menarik nafas panjang dan berkata
“jen.. walaupun kita tidak pernah mengalami sebuah hubungan yang istimewa dengan orang lain.  

Sebenarnya, hati kita sudah pernah merasakan hal yang berbeda ketika bertemu dengan orang-orang tertentu. Kalau kamu bingung. Fikirkanlah laki-laki yang pernah kamu kenal. Dan jujurlah pada dirimusendiri, laki-laki mana  yang membuatmu nyaman” jawab Doni dengan bijak
Aku tidak membalas perkataan Doni. Yang aku lakukan adalah, bagaimana aku membayangkan sebuah perasaan nyaman dari laki-laki yang pernah aku kenal, yang jelas bukan ayahku hhe.
Dan setelah sekian menit aku berfikir. Aku memulai pembicaraan yang berujung pada sebuah kesepakatan.

“tapi kamu juga nulis kan ?” kataku dengan nada curiga
iya aku juga nulis rahasiaku kok. Dan kita harus janji gak boleh ada yang tau tentang isi tulisan masing-masing sampai kita bertemu 5 tahun lagi ditempat ini”
“ha ? 5 tahun.. itu kan lama banget Don” jawabku tak percaya
“iya… 5 tahun, aku gak bercanda, ini serius” dengan tatapannya yang tampak yakin
“tapi kan ?” jawabku berusaha menyangkal
“sudah…. Percaya aja sama aku Jen” jawab Doni dengan manis
“hari ini tanggal 14 Februari 2013, jadi kita akan kembali kesini lagi ditanggal yang sama di tahun 2018” kataku sambil mengulurkan jari kelingking tanda kesepakatan.
“iya..” jawab Doni seraya menyambut jari kelingkingku

Perjanjian dari sebuah persahabatan di pinggir danau. Aku dan Doni segera menuliskan rahasia jodoh kami masing-masing. Kami menulisnya sambil tersenyum lucu. Karena, baru kali ini kami membuat sebuah rahasia besar dalam hidup kami. Apalagi rahasia ini harus kita pendam selama 5 tahun. Tidak terbayangkan seberapa besar rasa penasaranku pada tulisan Doni dan begitupun sebaliknya. Setelah kami menulis. Doni memintaku untuk menggulung kertasku dan memasukkannya kedalam botol bening yang sudah dipersiapkannya, dan Donipun juga melakukan hal yang sama.
Doni menutup botol tersebut dan mengajakku untuk menimbun botol itu dibawah pohon dekat danau. Aku sempat bertanya padanya, kenapa harus dibawah pohon ini. Dia-pun menjawab bahwa masyarakat disini mempercayai, barang siapa yang menimbun sebuah perjanjian dibawah pohon ini, maka janji itu akan tetap terjaga hingga saatnya nanti akan terbongkar. Sebenarnya, aku tidak terlalu mempercayai mitos itu. Tapi apa boleh buat jika Doni mempercayainya.

“oke.. sudah selesai..” kata Doni, sambil membersihkan sisa tanah galian di celananya
“kamu tadi nulis apa?”
“rahasialah..hahha” jawab Doni sambil berlari menghindariku
Aku-pun membalasnya dengan teriakan
“aku tau kamu pasti menulis namaku kan...?? hahha” candaku pada Doni
Doni tiba-tiba berhenti berlari dan berkata,
mungkinjawabnya

Aku hanya bisa membalas ucapannya dengan senyuman.


2 bulan kemudian
Keseharianku menjadi sangat sibuk semenjak ikut olimpiade matematika. Donipun juga begitu. Kami sering belajar bersama dirumah. Kami juga sering pulang bersama semenjak dua bulan lalu.
Semakin banyak waktu yang aku habiskan bersamanya. Sampai aku tidak menyadari ada sesuatu tumbuh dalam rongga tubuhku yang seakan membawaku merasa nyaman.
Malam ini Doni mengajakku untuk pergi menikmati indahnya malam festifal kota. Kami jalan berdua layaknya sepasang kekasih, padahal kenyataanya kami hanyalah sebatas teman.
Aku terus berjalan hingga sampai disebuah lapangan yang penuh dengan lampu pijar yang berwarna dan tampak mengitari areal dimana aku dan Doni berdiri. Tempat ini tak terlalu terang dan tak terlalu gelap. Lampunya redup namun terlihat sangat anggun dengan banyaknya lampion yang mengitari areal ini. Menara yang tampak begitu indah dengan lampu-lampu pijar memberikan kesan romantis layaknya dibawah menara eiffel. Tempat ini juga sempat mengingatkan aku pada bagian cerita dari drama korea Boys Before Flowers. Ketika Gu jun Piyo memberikan kejutan pada pacarnya dengan menghidupkan lampu-lampu yang indah dalam berbagai warna dan bentuk. Romantis sekali.
Aku terhipnotis dengan kecantikan warna dan bentuk lampu pijar ini, sampai aku tak melihat lantai yang licin. Dan seketika itupula kakiku tergelincir. Tak sempat aku jatuh...

“wwaaaaaa...”

Mataku terpejam. Aku merasa badanku tak sempat menyentuh tanah. Aku mencoba membuka mata secara perlahan.

“Donn..”

Aku melihat wajah Doni menatapku dengan sangat dekat. Tiba-tiba jantungku berdebar lebih kencang. Tanpa sadar, kembang api yang indah menyaksikan kami berdua ditengah-tengah areal berlampu romantis itu. Kami bertatapan, entah berapa lama.

“makanya hati-hati” kata Doni

Tiba-tiba aku tersadarkan dengan ucapan Doni. Akupun tiba-tiba melepaskan diri dari tangannya. Mulai berdiri dan merapikan rok warna merah muda yang aku pakai.

“eh.. kembang apinya sudah mulai tu.. kesana yuk?” akupun berusaha mengalihkan perhatianku

Aku berusaha mengalihkan perhatianku pada kejadian tadi dengan mengajak Doni melihat kembang api. Aku juga tidak mau Doni melihat pipiku yang memerah karena malu.
Kami berdua, melihat kembang api bersama. Sambil menatap langit yang penuh dengan api yang berwarna dan berpijar seperti bintang yang memancarkan sinar dengan indahnya. Aku menoleh pada Doni, sekilas melihat wajahnya yang tersilaukan oleh pancaran sinar kembang api dan kacamatanya yang terlihat berkilau. Tanpa sadar, pipiku mengkerut karena terdorong dengan lekukan senyuman bibirku ketika melihatnya. Puas melihatnya, akupun menatap langit kembali. Menikmati malam ini hanya berdua dengan seorang sahabat yang sepertinya baru ku kenal lagi sosoknya  menjadi seorang laki-laki baru yang mengindahkanku.

Keesokan harinya...

Setelah semalaman kami jalan berdua dipinggir kota. Menikmati pemandangan kota dimalam hari dengan mendengarkan suara-suara kendaraan bermotor, kemudian tiba ditempat romantis penuh dengan lampu pijar yang indah, hingga berakhir dengan pesta kembang api yang menjelma menjadi sesuatu yang membuatku sering memikirkan Doni.

Hari ini aku benar-benar memiliki semangat untuk menjalani hal penting yang sudah di persiapkan olehku dan Doni jauh-jauh hari. Olimpiade, akan dimulai hari ini.
Pagi ini aku di jemput Doni dengan sepeda vespa merahnya. Aku menunggu di depan gerbang rumah. Tiba-tiba dia datang dengan iringan suara vespanya yang khas.

“ayo.. naik” kata Doni sambil memberikan helm merahnya untukku

Hari ini kami tidak kesekolah. Karena tempat lomba bukan disekolah kami, tapi di SMA PANCASILA. Jadi kami langsung kesana. Diperjalanan, kami bergurau dengan candaan yang sederhana, tapi candaan itu terasa berbeda kali ini. Tak terasa, sepeda vespa yang kami kendarai 
sudah tiba di areal parkir SMA PANCASILA.

“jena...”

Suara Doni memecahkan lamunanku.

“kok ngelamun?”
“sorry Don.. aku..” aku tak bisa menjawab pertanyaan Doni dengan baik
“yaudah.. yuk kita masuk, daftar ulang”
“emh.. ya..”

Aku dan Doni mulai melangkah menuju ruang pendaftaran ulang. Sesampainya diruang pendaftaran, tampak Bu. Warti berdiri sambil memegang tas hitamnya. Bu. Warti melambaikan tangannya padaku, dan akupun segera mengajak Doni untuk menghampirinya. Sesampainya dihadapan Bu. Warti kami mengumbar senyum yang sedikit gugup. Bu. Warti hanya berpesan, “jangan lupa berdo’a nak, berjuanglah semaksimal mungkin...”.

Jam menunjukkan tepat pukul 7 pagi. Bersamaan ketika aku memandang jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan, bel tanda masuk ruangan lombapun berbunyi. Aku segera menyiapkan alat tulis dan papan kerja. Saat itu, yang aku tau hanya satu. Aku gugup. Aku melangkah dengan perlahan menuju ruangan, dan tiba-tiba tangan Doni memegang tanganku yang seakan dia tau bahwa aku gugup untuk menghadapi lomba ini. Aku hanya bisa menatapnya ketika Dia memegang tanganku, tiba-tiba dia membalas tatapanku sambil tersenyum, dan berkata “percayalah, kamu bisa”, sambil tersenyum, Doni berkata padaku.

aku duduk dan mencoba tenang. Aku sempat menggerutu dalam hati “Oh God.. kenapa Doni begitu baik padaku ? jangan sampai…. Jangan sampai perasaan itu ada”


Keesokan harinya..

Aku berusaha bangun lebih pagi hari ini. Aku hanya terfokus pada satu hal. Hasil olimpiadeku. Apakah aku akan gagal lagi, ataukah sebaliknya.

Rasa penasaran menghantuiku semenjak pasca olimpiade. Aku benar-benar pasrah dengan apa yang sudah aku kerjakan kemarin. Langkahku sempoyongan pagi ini. Ketika sampai di koridor kelas 10, tiba-tiba Doni memanggilku.

“Jen..jena.. tunggu” kata Doni sambil berlari
Aku sudah tebak, pasti Dia akan memberitauku tentang hasil olimpiade itu
“ada apa Don?”
“kok lemes ? seharusnya kamu semangat, Kita berhasil Jen” jawabnya dengan senang sambil mengulurkan tangannya.

Dia bilang, aku mendapatkan juara di olimpiade kemarin,Doni sebagai juara 1 dan aku juara 2. Aku sangat bahagia mendengarnya. Aku berteriak kegirangan didepan Doni. Doni hanya tertawa melihatku seperti itu. Aku tau Doni pasti juara 1 karena dia lebih jenius dibandingkan denganku.
Ini adalah lomba terahir yang kami ikuti dimasa SMA. Karena 4 bulan lagi kami akan menempuh ujian nasional.

“makasih ya Don..” kataku sambil tersenyum
Doni hanya menjawab ucapanku dengan senyumannya yang manis. Senyuman yang tiba-tiba membuatku menjadi seseorang yang berbeda didepannya.


1 bulan kemudian

Tuhan mengujiku dengan emosi perasaan yang tak karuan. Perasaan suka dan curiga yang terkadang berubah menjadi perasaan cemburu yang berlebihan. Ahir-ahir ini aku melihat Doni sering membuka ponsel dan mengetik pesan singkat untuk seseorang yang entah itu siapa. Pacarnya kah ? ataukah sebatas teman ? aku pernah memergoki dia menerima pesan singkat dari seorang wanita. Tapi aku berpura-pura tidak tau mengenai apa yang aku lihat. Dan sejak itulah aku mulai mengerti, tentang sebuah kecemburuan hati.

“jen.. aku mau bilang sesuatu”
“apa?”
“emang aku salah ya kalau suka sama seseorang?” perkataannya dengan lirih
“nggak kok. Kenapa?” jawabku sewot
“berarti.. aku gak salah dong kalau suka sama dua orang cewek sekaligus?”
“dua? Maksud kamu… kamu?” jawabku heran
“yaa.. aku susah. Aku susah pilih antara keduanya”
 “owh.. yaudah.. tembak aja salah satu. Menurutmu, kamu lebih suka yang mana?” jawabku dengan nada ketus
“sulit.. yang pertama, anaknya baik banget, cantik. Terus.. yang ke dua, dia anaknya pinter, cantik, dan baik. Keduanya hampir sama tapi, jujur aku lebih suka yang ke dua, tapi aku tau, dia bakalan nolak aku”
 “loh... kenapa dak kamu coba aja Don?”
gak usah Jen, kemarin aku sempat baca sesuatu di catatan handphonenya, dia sudah menaruh hati sama orang lain
“terus? Kamu bakalan perjuangkan yang pertama?” jawabku
iya jen.. namanya Miranda. aku sudah berhubungan dengan Dia semenjak 1 bulan yang lalu. Dan aku rasa, dia dan aku cocok”
“emhh..Miranda ya.. yasudah tembak aja” jawabku dengan nada sedikit cemburu
“bener jen? Dak papa nih?”
“iyalah dak papa.. ini kan sudah pilihanmu?” jawabku dengan lembut
“heemm” jawab Doni dengan senyuman

Pembicaraanku berlanjut dengan Doni, entah kenapa hatiku merasa cemburu ketika Doni mengatakan bahwa Dia menyukai seorang gadis yang bernama Miranda yang sudah sempat berhubungan dengannya lewat pesan singkat di handphone selama satu bulan. Aku megerti sekarang, pesan yang selalu dia ketik, itu untuk Miranda. Aku cemburu.

Saat ini aku dilema, dilema dengan perasaan yang aku alami sendiri. Perasaan yang tiba-tiba datang tanpa permisi mengisi rongga dalam tubuh ini. Terkadang menjadi sesak ketika perasaan yang muncul ini terhempaskan dengan sebuah perkataan yang sebenarnya tak diinginkan oleh hati.
Tapi. Aku sempat berfikir tentang gadis ke dua yang diceritakan Doni. Apakah gadis kedua ini juga dekat dengan Doni ? dari mana dia tau isi catatan handphone gadis itu ?


3 bulan kemudian

Doni sudah menjalin hubungan dengan Miranda semenjak dua bulan lalu. Aku dan Doni sudah jarang melakukan aktifitas seperti dulu semenjak Miranda datang ditengah-tengah kehidupanku dan Doni. Aku menjadi aneh akhir-akhir ini. Entah kenapa aku merindukan sosok Doni yang dulu, Doni yang selalu menyambut pagiku dengan senyumannya yang manis, Doni yang selalu memberikan banyak perhatian untukku, dan Doni yang selalu membuatku tertawa dengan tingkah bodohnya. Tiba-tiba aku merindukan semua yang dilakukan Doni untukku dan semua yang aku lakukan bersama Doni.

cinta? Ya, mungkin aku sedang jatuh cinta saat ini. Aku merasaditarik oleh sebuah magnet kuat segitiga bermuda yang tidak akan membiarkanku lolos melewatinya. Magnet yang menarikku kedalam sebuah tarikan perasaan yang dalam di hati ini. Yang sudah berhasil membuat mata dan otak ini bekerja lebih berat dari biasanya untuk memikirkan seseorang yang aku sendiripun tak tau apakah dia juga memikirkan aku?. Ternyata benar sebuah kalimat “cinta akan membuatmu bukan menjadi dirimu yang biasanya. Cinta akan membuatmu gila. Gila dengan sebuah perasaan yang kamu sendiripun tak mengerti mengapa ini terjadi”

Disinilah aku mulai mengerti bahwa aku mencintai Doni.

Tapi yang aku tau saat ini. Doni tidak mencintaiku.

Aku mencintai Doni hanya dari batas kejauhan yang Donipun tak bisa melihatnya. Aku mencintainya dari kisah sebuah persahabatan yang erat,yang berubah menjadi cinta. Aku malu untuk mengatakan bahwa aku mencintainya karena aku wanita  “apa kata orang jika wanita mengutarakan perasaannya pada seorang laki-laki?” gerutuku dalam hati.  Apalagi sekarang akutidak bisa mendekatinya seperti dulu, dia sudah membagi senyuman, dekapan tangan dan perhatiannya kepada gadis yang dicintainya saat ini, Miranda. Disini aku hanya bisa diam, menunggu, melihat dan mencintai Doni dari kejauhan. Maafkan aku Don, perasaan ini tiba-tiba saja merajut dalam hati. Tiba-tiba perasaan ini memenuhi jiwa, badan dan fikiranku. Sehingga membuatku menjadi seseorang yang berbeda dari sebelumnya, dan membuat kamu menjadi berbeda dalam pandanganku saat ini atau bahkan seterusnya.



HARI KELULUSAN

Hari-hari berlalu dengan cepat. Saat ini aku sudah terbiasa untuk memikirkan Doni dengan rasa cemburu yang begitu besar ketika Doni bercerita tentang Miranda kepadaku. Aku sudah terbiasa, aku terbiasa untuk melihat senyumannya yang seketika membuat aku cemburu ketika aku tau Dia tersenyum bukan karenaku. Aku merasa menjadi seorang wanita bodoh karena mencintai seseorang yang tak pernah aku tau isi hatinya kepadaku.
Terbangun dengan sinar matahari yang tanpa izin memasuki kamarku. Sedikit demi sedikit aku mencoba untuk membuka mata yang sebenarnya sangat sulit untukku kubuka. Tanganku rasanya langsung memiliki sugesti untuk mengambil ponsel. Dengan fikiran yang setengah sadar, aku membuka ponsel. Badanku langsung merasa memiliki energi untuk bangun setelah aku melihat tulisan “PESAN DARI DONI” “10  PANGGILAN TIDAK TERJAWAB DARI DONI”. Akupun langsung memeriksa laporan pesan dan telfon dari Doni, tertulis dengan jelas “diterima pada pukul 23:00”. Akupun langsung menggerutu dalam hati “untuk apa Doni mengirim pesan begitu malam”. Rasa penasaranku begitu besar.Jemariku langsung membuka pesan itu.

“jena

Aku tetap dengan ekspresi bingung. Kenapa dia hanya mengirim sms dengan mengetik namaku. “jena”. Aku berusaha untuk menelfon Doni, tapi tidak ada jawaban. Aku sedikit jengkel pada Doni. Aku menebak, dia pasti sedang mencoba mengganggu tidurku tadi malam.

Pagi ini aku berjalan dikoridor kelas sendirian. Aku menunggu Doni memanggilku dari jauh. Tapi aku tak mendengar satu panggilanpun yang terdengar. Aku berjalan hingga memasuki ruang kelas yang berembun karena AC ruangan yang lupa tidak dimatikan. Aku terduduk, memandang kursi disebalah kananku yang tampak kosong. Badanku tak merespon udara dingin yang menyelimutiku, 
sampai ada seseorang masuk, yang ternyata taman sebangkuku yang bernama Elena.

“jen...”
“eh.. kamu Len
“kamu dak kedinginan ?” ucapnya sambil mengambil remot AC dimeja guru
“hmm.. dak tau Len
“kemarin Doni baru berangkat kan? Kemarin aku sempat melihatnya di bandara
Aku tersentak kaget dengan apa yang diucapkan Elena..
“pergi? Kemana? Kok Dia..”
“loh.. kamu dak tau ?”
“akuu... aku sama sekali...” aku keheranan dan resanya.. ah.. aku tidak tau harus bagaimana
“kemarin, aku jemput saudara di bandara. Tapi selang beberapa menit, aku liat Doni. Aku sapa Dia, 
dan Dia bilang kalau Dia bakalan berangkat untuk sekolah di prancis”

Aku tidak tau harus berucap, air mataku sudah tidak kuat aku bendung. Kenapa ini harus terjadi? Kenapa Doni tidak memberitauku sebelumnya? Kenapa? Aku belum sempat mengatakan perasaan ini padanya. Padahal.. hari ini adalah hari kelulusan SMA. Aku sudah mempersiapkan segalanya untuk merayakan kelulusan bersama Doni. Aku juga berencana untuk megutarakan perasaanku hari ini. Aku sudah lelah dengan perasaan ini. Tapi… semua itu gagal karena Dia sudah pergi jauh sebelum aku melakukan semua yang aku rencanakan hari ini. Aku benci hari ini.

Aku langsung berlari menuju toilet. Rasanya.. aku tidak tau, aku harus bagaimana. Aku merasa ada sesuatu yang menyesakkan. Setibanya di depan kaca toilet. Seketika aku meluapkan apa yang ingin aku luapkan pada diri sendiri. Aku ingin menangis sekeras yang aku bisa, tapi tangisanku menjadi tertekan dan dadakku terasa sesak. Aku merasa, ada yang ingin sekali aku luapkan. Aku merogoh handphone dan mencoba untuk menghubungi Doni

“maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif”

Berulang kali aku mencoba untuk menghubunginya, tapi tidak bisa..

Pintu toilet tiba-tiba terbuka dengan perlahan. Aku segera mengusap air mata dan bersikap seperti biasa. Aku menoleh kearah pintu. Dan ternyata Elena menyambutku.
“jen.. kamu dak papa kan ?” kata Elena sambil mendekapku
“aku.. aku..” air mataku mulai jatuh lagi. aku menangis. Aku tidak bisa menahan tangisan ini.
“sabar Jen, Doni masih ingat kok dengan janji kalian di pinggir danau ucap Elena seraya menenangkanku dengan pelukan seorang sahabat
 “dari mana kamu tau?”tanyaku sambil menghapus air mata dan melepas pelukan sahabat sebangku-ku ini
“Doni sudah cerita semuanya sama aku jen. Dia juga bilang kalau Dia gak bakalan lupa sama janji kalian ditanggal 14 Februari, Doni bilang kalau Dia akan datang tepat waktu”
“Tapi.. kenapa?” jawabku dalam tangisan yang sesenggukan
Dan dia bilang aku harus kasih surat ini buat kamu”
Mataku langsung tertuju pada amplop merah jambu ditangan Elena. Elena memberikan amplop itu padaku. Tanganku sedikit gemetar untuk membuka bahkan untuk membacanya.

Surat itu mulai aku baca...

BERSAMBUNG….

2 komentar: